Daftar Isi:
Pemegang obligasi dan pemegang saham mewakili individu dan lembaga yang telah memberikan uang kepada perusahaan dengan imbalan semacam kepentingan finansial. Meskipun kedua kelompok menginginkan perusahaan tetap solvent, pemegang obligasi dan pemegang saham memperoleh laba secara berbeda dan cenderung memiliki kepentingan yang saling bertentangan.
Pemegang Obligasi
Pemegang obligasi adalah individu atau lembaga yang memiliki obligasi perusahaan tertentu. Obligasi pada dasarnya adalah pinjaman yang dikeluarkan untuk perusahaan dari pemegang obligasi. Pemegang obligasi menerbitkan uang tunai untuk bisnis dengan imbalan a jumlah pengembalian yang telah ditentukan saat ikatan jatuh tempo. Tergantung pada ketentuan obligasi, pemegang obligasi juga dapat menerima bunga pembayaran sebelum obligasi jatuh tempo.
Pemegang obligasi memiliki senioritas yang lebih tinggi daripada pemegang saham dalam hal perusahaan menyatakan kebangkrutan atau likuidasi. Itu berarti bahwa perusahaan harus membayar kembali kewajibannya kepada pemegang obligasi sebelum memberikan kompensasi kepada pemegang saham.
Pemegang saham
Stok merupakan unit kepemilikan. Individu dan institusi yang menukar uang tunai dengan unit saham menjadi pemilik parsial perusahaan. Tidak seperti obligasi, saham tidak memiliki tanggal jatuh tempo dan ada tidak ada pembayaran tunai yang dijamin untuk membeli saham. Namun, perusahaan dapat mengeluarkan dividen berkala kepada pemegang saham. Jika perusahaan terus berkinerja baik, harga saham akan naik dan pemegang saham mendapat kesempatan untuk menjual unit saham dengan harga yang lebih tinggi dari apa yang mereka bayarkan untuk itu.
Konflik Pemegang Obligasi-Pemegang Saham
Baik pemegang obligasi maupun pemegang saham tidak ingin melihat perusahaan gagal. Namun, kedua kelompok cenderung memiliki pendapat yang berbeda tentang risiko strategis dan kebijakan keuangan yang ditetapkan perusahaan. Kebijakan yang menciptakan kekayaan bagi pemegang saham dapat membahayakan investasi pemegang obligasi dan sebaliknya.
Selama perusahaan tetap solvent, pemegang obligasi mendapatkan pembayaran tetap ketika obligasi jatuh tempo. Itu berarti bahwa pemegang obligasi tidak memiliki insentif untuk melihat perusahaan mengambil risiko besar yang dapat membahayakan stabilitas keuangan. Pemegang saham, di sisi lain, menghasilkan uang ketika nilai perusahaan naik. Karena itu, pemegang saham sering mendesak perusahaan untuk mengambil risiko yang lebih besar untuk mendapat imbalan finansial yang lebih besar. Pemegang saham juga mendapat manfaat ketika dewan direksi mengeluarkan pembayaran dividen, sedangkan pemegang obligasi tidak. Konflik kepentingan ini dapat menyebabkan ketegangan antara kedua kelompok.